Jumat, 27 Agustus 2021
Pekan Biasa XXI – O PEKAN I
Pw.S.Monika (P)
IBADAT BACAAN
PEMBUKAAN
P: Ya Allah, bersegeralah menolong aku.
U: Ya Tuhan, perhatikanlah hambaMu
Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus
Seperti pada permulaan, sekarang, selalu dan sepanjang segala abad. Amin
Aleluya
MADAH
Marilah kita memuji
Wanita yang tabah hati
Terkenal di mana-mana
Karena kesuciannya.
Penuh cinta pada Tuhan
Teguh kuat dalam iman
Gagah ditempuhnya jalan
Berpedoman pengabdian.
Badan diatur puasa
Hati dikuatkan doa
Maka kini menikmati
Kegembiraan surgawi.
Terpujilah Allah Bapa
Bersama Putra dan RohNya
Yang melimpahkan kurnia
Kepada hamba yang setya. Amin.
PENDARASAN MAZMUR
Antifon 1
Ya Tuhan, bangkitlah menolong aku
Mazmur 34 (35), 1-2,3c,9-19,22-23,27-28 Tuhan penyelamat dalam penganiayaan
Mereka berkumpul..... dan berunding untuk menangkap Yesus dengan tipu muslihat dan untuk membunuh Dia (Mat 26,3-4)
I
Ya Tuhan, seranglah mereka yang menyerbu aku,*
berperanglah melawan mereka yang memerangi aku.
Ambillah perisai dan jebang,†
bangkitlah menolong aku,*
berkatalah kepada hatiku: “Akulah penyelamatmu.”
Maka hatiku akan bersorak dalam Tuhan,*
bersukacitalah atas penyelamatanNya.
Dengan segenap hati aku akan berkata: *
“Ya Tuhan, siapakah seperti Engkau?
Engkau melepaskan yang lemah dari orang yang lebih kuat,*
yang miskin dari orang yang memerasnya.”
Orang pendusta tampil bersaksi melawan daku,*
yang tidak mengenal aku mengusut perkaraku.
Mereka membalas kebaikanku dengan kejahatan,*
mematahkan semangat hatiku.
Kemuliaan kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
Seperti pada permulaan sekarang, selalu dan sepanjang segala abad. Amin
Antifon 1
Ya Tuhan, bangkitlah menolong aku
Antifon 2
Adililah perkaraku; belalah aku, ya Tuhan, sebab Engkau berkuasa
II
Sedang musuhku berpesta pora aku bertapa,*
aku menyiksa diri dengan puasa.
Aku mengungsi kepada doa *
yang kupeluk bagaikan sahabat karib.
Seperti seorang yang berkabung atas kematian ibunya,*
hatiku hancur luluh karena sedih.
Ketika aku tersandung, mereka berkerumun mengejek-ejek,*
mereka berkerumun melawan daku.
Orang yang tak kukenal menyayat hatiku,*
mereka tidak malu memfitnah aku.
Mereka mengepung aku sambil mengolok-olok *
dan menggertakkan gigi terhadapku.
Kemuliaan kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
seperti pada permulaan sekarang selalu dan sepanjang segala abad. Amin
Antifon 2
Adililah perkaraku; belalah aku, ya Tuhan, sebab Engkau berkuasa
Antifon 3
Aku akan mewartakan keadilanMu dan memuji Engkau sepanjang hari
III
Ya Tuhan, masih berapa lamakah Engkau berpangku tangan? *
selamatkanlah aku dari tipu daya dan kebuasan mereka.
Aku akan bersyukur kepadaMu dalam himpunan umat, *
di tengah-tengah rakyat banyak aku akan memuliakan Dikau.
Jangan biarkan para pengkhianat mempermainkan daku, *
para musuhku yang mengerlingkan mata untuk mengganyang aku.
Perhatikanlah aku, ya Tuhan, jangan membisu,*
Tuhan, janganlah jauh dari padaku.
Tolong, tolong, majulah membela aku,*
ya Tuhan Allahku, berjuanglah bagiku.
Semoga teman-temanku bersorak gembira,*
semua yang mengharapkan keselamatanku.
Semoga mereka mengakui: “Agunglah Tuhan, *
Ia memperjuangkan kesejahteraan hambaNya.”
Maka aku akan mewartakan keadilanMu *
dan memuji Engkau sepanjang hari.
Kemuliaan kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
seperti pada permulaan sekarang selalu dan sepanjang segala abad. Amin
Antifon 3
Aku akan mewartakan keadilanMu dan memuji Engkau sepanjang hari
BACAAN
Ef 6:10-24
Ef 6:10 Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam
Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya.
Ef 6:11 Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata
Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis;
Ef 6:12 karena perjuangan kita bukanlah melawan
darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan
penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan
roh-roh jahat di udara.
Ef 6:13 Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan
senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu
dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.
Ef 6:14 Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan
kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan,
Ef 6:15 kakimu berkasutkan kerelaan untuk
memberitakan Injil damai sejahtera;
Ef 6:16 dalam segala keadaan pergunakanlah
perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah
api dari si jahat,
Ef 6:17 dan terimalah ketopong keselamatan dan
pedang Roh, yaitu firman Allah,
Ef 6:18 dalam segala doa dan permohonan.
Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu
dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus,
Ef 6:19 juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku
membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku
memberitakan rahasia Injil,
Ef 6:20 yang kulayani sebagai utusan yang
dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana
seharusnya aku berbicara.
Ef 6:21 Supaya kamu juga mengetahui keadaan dan
hal ihwalku, maka Tikhikus, saudara kita yang kekasih dan pelayan yang setia di
dalam Tuhan, akan memberitahukan semuanya kepada kamu.
Ef 6:22 Dengan maksud inilah ia kusuruh kepadamu,
yaitu supaya kamu tahu hal ihwal kami dan supaya ia menghibur hatimu.
Ef 6:23 Damai sejahtera dan kasih dengan iman
dari Allah, Bapa dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai sekalian saudara.
Ef 6:24 Kasih karunia menyertai semua orang, yang
mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus dengan kasih yang tidak binasa.
BACAAN LAIN
Sumber Iman
Katolik
Monika, Ibu
Santo Agustinus dari Hippo, adalah seorang ibu teladan. Iman dan cara hidupnya
yang terpuji patut dicontoh oleh ibu-ibu Kristen terutama mereka yang anaknya
tersesat oleh berbagai ajaran dan bujukan dunia yang menyesatkan. Riwayat hidup
Monika terpaut erat dengan hidup anaknya Santo Agustinus yang terkenal bandel
sejak masa mudanya. Monika lahir di Tagaste, Afrika Utara dari sebuah keluarga
Kristen yang saleh dan beribadat. Ketika berusia 20 tahun, ia menikah dengan
Patrisius, seorang pemuda kafir yang cepat panas hatinya.
Dalam
kehidupannya bersama Patrisius, Monika mengalami tekanan batin yang hebat
karena ulah Patrisius dan anaknya Agustinus. Patrisius mencemoohkan dan
menertawakan usaha keras isterinya mendidik Agustinus menjadi seorang pemuda
yang luhur budinya. Namun semuanya itu ditanggungnya dengan sabar sambil tekun
berdoa untuk memohon campur tangan Tuhan. Bertahun-tahun lamanya tidak ada
tanda apa pun bahwa doanya dikabulkan Tuhan. Baru pada saat-saat terakhir
hidupnya, Patrisius bertobat dan minta dipermandikan. Monika sungguh bahagia
dan mengalami rahmat Tuhan pada saat-saat kritis suaminya.
Ketika itu
Agustinus berusia 18 tahun dan sedang menempuh pendidikan di kota Kartago. Cara
hidupnya semakin menggelisahkan hati ibunya karena telah meninggalkan imannya
dan memeluk ajaran Manikeisme yang sesat itu. Lebih dari itu, di luar
perkawinan yang sah, ia hidup dengan seorang wanita hingga melahirkan seorang
anak yang diberi nama Deodatus. Untuk menghindarkan diri dari keluhan ibunya,
Agustinus pergi ke Italia. Namun ia sama sekali tidak luput dari doa dan air
mata ibunya.
Monika berlari
meminta bantuan kepada seorang uskup. Kepadanya uskup itu berkata: “Pergilah kepada
Tuhan! Sebagaimana engkau hidup, demikian pula anakmu, yang bagimu telah
kaucurahkan banyak air mata dan doa permohonan, tidak akan binasa. Tuhan akan
mengembalikannya kepadamu.” Nasehat pelipur lara itu tidak dapat menenteramkan
hatinya. Ia tidak tega membiarkan anaknya lari menjauhi dia, sehingga ia
menyusul anaknya ke Italia. Di sana ia menyertai anaknya di Roma maupun di
Milano. Di Milano, Monika berkenalan dengan Uskup Santo Ambrosius. Akhirnya
oleh teladan dan bimbingan Ambrosius, Agustinus bertobat dan bertekad untuk
hidup hanya bagi Allah dan sesamanya. Saat itu bagi Monika merupakan puncak
dari segala kebahagiaan hidupnya. Hal ini terlukis di dalam kesaksian Agustinus
sendiri perihal perjalanan mereka pulang ke Afrika: “Kami berdua terlibat dalam
pembicaraan yang sangat menarik, sambil melupakan liku-liku masa lalu dan
menyongsong hari depan. Kami bertanya-tanya, seperti apakah kehidupan para suci
di surga… Dan akhirnya dunia dengan segala isinya ini tidak lagi menarik bagi
kami. Ibu berkata: “Anakku, bagi ibu sudah ada sesuatu pun di dunia ini yang
memikat hatiku. Ibu tidak tahu untuk apa mesti hidup lebih lama. Sebab, segala
harapan ibu di dunia ini sudah terkabul”. Dalam tulisan lain, Agustinus
mengisahkan pembicaraan penuh kasih antara dia dan ibunya di Ostia: “Sambil
duduk di dekat jendela dan memandang ke laut biru yang tenang, ibu berkata:
“Anakku, satu-satunya alasan yang membuat aku masih ingin hidup sedikit lebih
lama lagi ialah aku mau melihat engkau menjadi seorang Kristen sebelum aku
menghembuskan nafasku. Hal itu sekarang telah dikabulkan Allah, bahkan lebih
dari itu, Allah telah menggerakkan engkau untuk mempersembahkan dirimu sama
sekali kepadaNya dalam pengabdian yang tulus kepadaNya. Sekarang apa lagi yang
aku harapkan?”Beberapa hari kemudian, Monika jatuh sakit. Kepada Agustinus, ia
berkata: “Anakku, satu-satunya yang kukehendaki ialah agar engkau mengenangkan
daku di Altar Tuhan.” Monika akhirnya meninggal dunia di Ostia, Roma. Teladan
hidup santa Monika menyatakan kepada kita bahwa doa yang tak kunjung putus, tak
dapat tiada akan didengarkan Tuhan.
DOA PENUTUP
Allah, penghibur orang yang berdukacita, dengan
belaskasihan Engkau sudah menerima cinta dan airmata santa Monika demi
bertobatnya Agustinus, puteranya. Semoga berkat pertolongan mereka berdua kami
menangisi segala dosa dan memperoleh kasih sayang rahmatMu. Demi Yesus Kristus, pengantara kami, yang
hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala
masa. Amin
PENUTUP
P: Marilah memuji Tuhan
U: Syukur kepada Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar