Rabu, 10 Februari 2021
Pekan Biasa
V – O Pekan I
Pw.S.Skolastika, Prw (P)
IBADAT
BACAAN
PEMBUKAAN
P: Ya Allah,
bersegeralah menolong aku
U: Ya Tuhan,
perhatikanlah hambaMu
Kemuliaan
kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus
Seperti pada
permulaan, sekarang, selalu dan
sepanjang segala abad. Amin
Alleluya.
MADAH
Yesus mahkota perawan
Yang dikandung bunda Tuhan
Prawan tunggal yang berputra
Dengarkanlah doa hamba.
Di tengah taman berbunga
Teriring paduan dara
Sebagai Pengantin mulya
Yang mengganjar mempelaiNya.
Kemanapun Engkau pergi
Para perawan mengikuti
Merdu melambungkan lagu
Bermadah-madah selalu.
Dipuji dimulyakanlah
Bapa dan Putera Allah
Serta Roh penghibur umat
Sepanjang segala abad. Amin
PENDARASAN
MAZMUR
Ant. 1 Aku
cinta padaMu, ya Tuhan, kekuatanku, (M.P. Alleluya).
Mazmur 17
(18), 2-30 Syukur atas keselamatan dan kemenangan
Pada saat itu terjadilah gempa bumi
yang dashyat (Why 11,13)
I
Aku cinta
padaMu, ya Tuhan, kekuatanku †
Tuhanlah
pelindung dan pembelaku,*
Allahku yang
menyelamatkan daku.
Tuhanlah
gunung pengungsianku, †
perisai dan
senjataku,*
bentengku,
sangat terpuji.
Aku berseru
kepada Tuhan, *
dan aku
diselamatkan dari musuhku.
Maut
mengancam aku bagaikan gelora ombak,*
malapetaka
menyerbu aku bagaikan banjir.
Jerat
pratala meliliti aku,*
perangkap
neraka menganga di hadapanku.
Dalam
kesesakanku aku berseru kepada Tuhan,*
aku
mengaduh-aduh kepada Allahku.
Dari
istanaNya Tuhan mendengar seruanku,*
dan teriakku
sampai ke telingaNya.
Kemuliaan
kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
seperti pada
permulaan sekarang, selalu dan sepanjang
segala abad. Amin
Ant. 1 Aku
cinta padaMu, ya Tuhan, kekuatanku, (M.P. Alleluya).
Ant. 2 Tuhan menyelamatkan daku, sebab Ia cinta
padaku, (M.P. Alleluya).
II
Bumi
bergetar dan goyah, †
goncanglah
alas gunung-gemunung,*
digoncangkan
amarah Tuhan.
Tuhan
menyemburkan murkaNya bagaikan asap, †
bagaikan api
yang menghanguskan,*
bagaikan
bara yang berpijar-pijar.
Ia
membungkukkan langit dan turun,*
kakiNya
beralaskan awan kelam.
Ia
menunggangi garuda dan terbang,*
melayang-layang
dengan sayap terbentang.
Ia
berselubungkan kegelapan,*
bersembunyi
dalam mendung yang menghitam.
Ia
menyambarkan halilintar dari tengah gumpalan awan *
dan
menghujankan es berkepal-kepal.
Tuhan
mengguntur di langit,*
yang
mahatinggi memperdengarkan suaraNya.
Ia mengasah
panah dan melepaskannya,
Ia
melemparkan tombakNya bertubi-tubi
Maka
terbukalah dasar laut, dan alas bumi tersingkap, †
di hadapan
gertak ancamanMu, ya Tuhan, *
di hadapan
semburan nafasMu.
Ia
mengulurkan tangan dari atas dan memegang aku,*
Ia menarik
aku dari air yang dalam.
Ia
membebaskan daku dari musuh yang
perkasa,*
dari musuh
yang kuat melebihi aku.
Tuhan
mendampingi aku pada hari kematianku,*
Ia menjadi
sandaranku.
Ia mengantar
aku ke luar dari alam maut,*
Ia
menyelamatkan daku, sebab ia cinta padaku
Kemuliaaan kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
seperti pada
permulaan sekarang selalu dan sepanjang segala abad. Amin
Ant. 2 Tuhan menyelamatkan daku, sebab Ia cinta
padaku, (M.P. Alleluya).
Ant. 3 Engkaulah pelitaku, ya Tuhan, Engkau menerangi
kegelapanku, (M.P. Alleluya).
III
Tuhan
mengganjar aku karena aku jujur, *
Ia membalas
aku sebab hidupku murni.
Sebab aku
tetap melakukan kehendak Tuhan *
dan tidak
berbuat jahat di hadapan Allahku.
Sebab segala
hukumNya kuperhatikan,*
dan
kehendakNya tidak kuabaikan.
Aku selalu
terbuka terhadap Tuhan *
dan berusaha
menghindarkan kesalahan.
Dan Tuhan
mengganjar aku sebab aku jujur,*
sebab
hidupku murni di hadapanNya.
Engkau setia
terhadap orang yang setia *
dan terbuka
terhadap orang yang terbuka.
Engkau tulus
terhadap orang yang ikhlas,*
tetapi
cerdik terhadap orang yang licik.
Engkau
menyelamatkan orang yang rendah hati *
dan
menundukkan orang yang sombong.
Sungguh,
Engkaulah pelitaku, ya Tuhan, *
Allahku,
Engkau menerangi kegelapanku.
Berkat
bantuanMu aku menerobos pasukan musuh,*
bersama
dengan Allahku aku melompati benteng.
Kemuliaan kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
seperti pada
permulaan sekarang selalu dan sepanjang segala abad. Amin
Ant. 3 Engkaulah pelitaku, ya Tuhan, Engkau menerangi
kegelapanku, (M.P. Alleluya).
BACAAN
1Kor. 3:1-23
1Kor
3:1 Dan aku, saudara-saudara, pada
waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani,
tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus.
1Kor
3:2 Susulah yang kuberikan kepadamu,
bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun
kamu belum dapat menerimanya.
1Kor
3:3 Karena kamu masih manusia
duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal
itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara
manusiawi?
1Kor
3:4 Karena jika yang seorang berkata:
"Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari
golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi
yang bukan rohani?
1Kor
3:5 Jadi, apakah Apolos? Apakah
Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing
menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya.
1Kor
3:6 Aku menanam, Apolos menyiram,
tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.
1Kor
3:7 Karena itu yang penting bukanlah
yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.
1Kor
3:8 Baik yang menanam maupun yang
menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan
pekerjaannya sendiri.
1Kor
3:9 Karena kami adalah kawan sekerja
Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.
1Kor
3:10 Sesuai dengan kasih karunia Allah,
yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah
meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap
orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.
1Kor
3:11 Karena tidak ada seorangpun yang
dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus
Kristus.
1Kor
3:12 Entahkah orang membangun di atas
dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami,
1Kor
3:13 sekali kelak pekerjaan
masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia
akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji
oleh api itu.
1Kor
3:14 Jika pekerjaan yang dibangun
seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah.
1Kor
3:15 Jika pekerjaannya terbakar, ia akan
menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari
dalam api.
1Kor
3:16 Tidak tahukah kamu, bahwa kamu
adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?
1Kor
3:17 Jika ada orang yang membinasakan
bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan
bait Allah itu ialah kamu.
1Kor
3:18 Janganlah ada orang yang menipu
dirinya sendiri. Jika ada di antara kamu yang menyangka dirinya berhikmat
menurut dunia ini, biarlah ia menjadi bodoh, supaya ia berhikmat.
1Kor
3:19 Karena hikmat dunia ini adalah
kebodohan bagi Allah. Sebab ada tertulis: "Ia yang menangkap orang
berhikmat dalam kecerdikannya."
1Kor
3:20 Dan di tempat lain: "Tuhan
mengetahui rancangan-rancangan orang berhikmat; sesungguhnya semuanya sia-sia
belaka."
1Kor
3:21 Karena itu janganlah ada orang yang
memegahkan dirinya atas manusia, sebab segala sesuatu adalah milikmu:
1Kor
3:22 baik Paulus, Apolos, maupun Kefas,
baik dunia, hidup, maupun mati, baik waktu sekarang, maupun waktu yang akan
datang. Semuanya kamu punya.
1Kor
3:23 Tetapi kamu adalah milik Kristus
dan Kristus adalah milik Allah.
BACAAN LAIN
Sumber Katakombe.org
Santa Skolastika adalah saudara kembar dari Santo
Benediktus pendiri Ordo Benediktin. Mereka dilahirkan di Nursia, Italia pada
tahun 480. Skolastika adalah seorang gadis yang cerdas dan peramah. Ia juga
seorang yang religius; sejak belia ia telah menyerahkan dirinya kepada Tuhan.
Ketika mereka berusia dua puluh tahun, Benediktus
pergi mengasingkan diri sebagai pertapa dalam sebuah gua terpencil di Subiako.
Di kemudian hari, ia pergi ke Monte Kasino dan mendirikan biara Benediktin di
sana. Skolastika menyusul saudaranya dan tinggal di Plombariola yang berjarak
kurang lebih 5 mil dari biara Benediktus. Dengan bantuan dan petunjuk
Benediktus, Skolastika mendirikan dan memimpin biara wanita.
Setahun sekali Skolastika mengunjungi saudaranya untuk
membicarakan masalah-masalah rohani. Karena regula (peraturan) biara tidak
memperbolehkan perempuan memasuki biara Monte Kasino, maka Benediktus ditemani
dengan beberapa muridnya akan menemui Skolastika di sebuah rumah yang tidak
jauh letaknya dari gerbang biara. Pada suatu hari Skolastika datang berkunjung
dan Benediktus menemuinya bersama beberapa orang murid. Sepanjang hari itu
mereka memuji Tuhan dan berbicara mengenai hal-hal rohani. Ketika malam tiba
mereka makan malam bersama. Pembicaraan terus berlanjut sementara malam semakin
larut. Berkatalah Skolastika kepada saudara kembarnya;
“Jangan tinggalkan aku malam ini; mari kita berbicara
mengenai suka cita kehidupan rohani sampai pagi.”
“Saudariku,”
jawab Benediktus, “Apakah yang engkau katakan itu? Aku tidak boleh
tinggal di luar biaraku.”
Karena Benediktus menolak permintaannya, wanita suci
ini menangkupkan kedua tangannya di atas meja, menundukkan kepala dan berdoa.
Ketika ia mengangkat kepalanya kembali, halilintar datang sambar-menyambar,
gemuruh guntur bersahut-sahutan dan hujan badai membasahi bumi sehingga
Benediktus dan murid-muridnya tidak dapat pulang. Karena sedih, Benediktus
mengeluh :
“Semoga Tuhan mengampuni engkau, saudariku. Apa ini
yang telah engkau lakukan?”
“Yah,” sahut
Skolastika, “aku mohon padamu tetapi engkau tidak mau mendengarkan aku; jadi
aku mohon pada Tuhan-ku dan Ia sungguh mendengarkan aku. Sekarang pergilah jika
engkau bisa, tinggalkan aku dan kembalilah ke biaramu.”
Jadi, demikianlah malam itu mereka tidak tidur
semalaman, asyik dengan pembicaraan mereka tentang sukacita kehidupan rohani.
Tiga hari kemudian, Benediktus sedang berada di
kamarnya di biara. Ketika ia menengadah menatap langit, ia melihat jiwa saudarinya
meninggalkan jasadnya dalam rupa seekor burung merpati, dan terbang tinggi
menuju suatu tempat rahasia di surga. Benediktus amat bersukacita, ia berterima
kasih kepada Tuhan yang Mahakuasa dengan nyanyian serta puji-pujian. Kemudian
ia memerintahkan para muridnya untuk menjemput jenasah saudarinya dan
membawanya ke biara. Benediktus membaringkan jenasah Skolastika dalam kubur
yang telah dipersiapkannya bagi dirinya sendiri; kubur di mana kelak tubuhnya
pun dibaringkan.
Skolastika wafat pada tahun 543. Pestanya dirayakan
setiap tanggal 10 Februari.
DOA PENUTUP
Ya Tuhan, pada hari ini kami rayakan peringatan santa
Skolastika. Maka kami mohon, semoga kami meniru teladannya dan mengabdi Engkau
dengan cinta kasih, hingga dapat memperoleh hasil kasih sayangMu dengan
gembira. Demi Yesus
Kristus, pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam
persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin
PENUTUP
P: Marilah
memuji Tuhan
U: Syukur
kepada Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar